Kamis, 30 April 2009

DEGRADASI KULTUR DAN IDENTITAS

LAPMI HMI-MPO PURWOKERTO @ 06.52
"Menyoal Tradisi Keilmuan (Budaya Membaca) di HMI"
Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)1

Ada yang beranggapan bahwa sejarah adalah sebuah romantisme, sejarah adalah guru yang paling berharga atau juga ada yang menganggap bahwa sejarah adalah momok yang membatasi langkah kita. Mungkin berbeda dengan anda ketika menginterpretasikan apa itu sejarah. Perbedaan antara masa lalu dan saat ini memang tidak mungkin bisa untuk kita sama-kan. Waktu dan jaman yang berbeda akan sangat mempengaruhi bagaimana perilaku serta karakter dari setiap individu dan juga masyarakatnya.
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) merupakan salah satu organisasi mahasiswa Islam yang paling tua di Indonesia. Tak sedikit alumni HMI yang memberikan pandangan tentang bagaimana HMI di masa lalu. Sebagian besar alumni-alumni HMI menggambarkan bahwa dahulu sosok organisasi HMI adalah organisasi yang kaya akan wacana-wacana keislaman, sosial, politik, ekonomi, budaya dan wacana up to date yang lainnya. "HMI adalah organisasi yang intelek, dahulu masing-masing kader HMI mempunyai koleksi buku bacaan pribadi yang menumpuk di meja belajarnya", demikian kalimat yang sering saya dengar dari beberapa alumni HMI.
Kata Intelek, bagi saya merupakan sebutan untuk mereka – orang-orang yang selalu menggunakan otak kiri nya dalam menghadapi segala sesuatu – yang mampu menelurkan karya-karya yang inovatif atau orang yang selalu berfikir sistematis serta ilmiah. Terlalu berat memang, ketika sebutan Intelektual untuk ukuran saat ini diberikan pada semua civitas akademik. Sekali lagi untuk ukuran saat ini memang begitu berat bagi saya. Kenapa? Jawabannya adalah karena konteks saat ini sangat-sangatlah berbeda dengan masa lalu. Saya akan mencoba melihat dari hal kecil, saya yakin saat ini jarang sekali ada kader HMI yang berhasil menghabiskan (membaca) satu buku sampai selesai dalam waktu satu minggu, apalagi menghabiskan satu buku dalam waktu satu hari (semoga saja masih ada, amiin…).
Waktu yang sudah hampir 2 tahun terlibat di internal HMI bukan waktu yang singkat. Sepanjang pengalaman yang pernah saya dapatkan di HMI, sampai hari artikel ini ditulis belum pernah saya mendapati ada seorang kader yang mampu menghabiskan satu buku bacaan dalam waktu satu hari. Saya yakin dan tentunya anda mengerti apa saja yang didapatkan setelah membaca buku atau apa manfaat dari buku itu. Dengan membaca buku kita bisa mengetahui segala macam hal yang ada dan terjadi di dunia ini. Kita bisa mengetahui jumlah planet dalam tata surya dengan duduk manis membaca buku, kita bisa mengerti bagaimana proses terjadinya siang dan malam dengan membaca buku dan lain sebagainya.
Salah satu hal yang menyebabkan keterbelakangan umat manusia dalam menggorganisir komunitasnya dalam kehidupan sosial adalah tidak nyangkutnya teori dan praktik atau ilmu dengan implementasi atau realitasnya.2 Cukup jelas bahwasanya kader HMI yang juga notabene sebagai umat manusia perlu sekali untuk mempelajari teori sekaligus dengan penerapannya, dalam hal ini HMI perlu meng-Up Gradd kadar keilmuan dalam rangka mentransformasikan kembali tradisi-tradisi keilmuan di HMI. Wabil' khusus atau ditarik ke yang lebih spesifiknya lagi yaitu budaya membaca.
Allah SWT berfirman, yang artinya :
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (ilmunya)".3

Dalam hal ini Allah SWT sama sekali tidak membatasi umatnya untuk menggali ilmu justru sebaliknya, ayat di atas adalah salah satu anjuran kepada manusia agar senantiasa mampu menembus serta memecahkan segala macam persoalan duniawi dengan tradisi keilmuannya. "Tradisi keilmuan di era 90-an menjadi salah satu identitas HMI yang melekat dalam diri kader, berbagai wacana sosial termasuk kajian filasafat berhasil dikuasai oleh kader", (Kutipan ini adalah kalimat yang pernah dilontarkan oleh ketua HMI Badko Inbagteng Moh.Syafe'i).
Belum dan bukan terlambat ketika saat ini kita kembali mencoba untuk mengembangkan tradisi keilmuan di HMI. Sampai kapanpun ilmu yang didapat dari membaca itu tidak akan pernah terkikis oleh waktu. Membaca (buku) apapun pasti akan mempunyai beberapa nilai positif terlebih lagi ketika yang dibaca itu adalah kitab umat islam yakni Al-Qur'an. Wallahu'alam...(Kabid PAO HMI Cab.Purwokerto)

No Response to "DEGRADASI KULTUR DAN IDENTITAS"

HMI KU UNTUK
INDONESIA BARU