Minggu, 28 November 2010

Basic Training dan Harapan Keumatan

LAPMI HMI-MPO PURWOKERTO @ 06.16

Purwokerto-LAPMI. Bertempat di balai benih ikan Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas, HMI MPO Cabang Purwokerto kembali mengadakan latihan kader I (LK I). Pada LK I kesempatan kali ini tema yang diangkat adalah “Implementasi nilai-nilai keislaman untuk mewujudkan kepedulian sosial”. Munculnya tema tersebut berawal dari keprihatinan HMI melihat beberapa rangkaian musibah bencana yang melanda tanah air dan keprihatinan HMI melihat kondisi nilai-nilai keislaman di Indonesia yang semakin luntur tergerus oleh hedonisme dan budaya pop.

Sebanyak 16 orang, kader baru HMI yang berhasil dilantik pada LK I yang diadakan pada hari Sabtu-Minggu, tanggal 27-28 Nopember 2010 ini. Menurut Erwhin selaku ketua cabang, “LK I kali ini memang sengaja dikemas berbeda dengan LK I yang sebelum-sebelumnya. Pelaksanaan LK I selama 2 hari ini sengaja disesuaikan dengan kondisi zaman atau khususnya kondisi mahasiswa saat ini”. 16 orang kader tersebut terdiri dari 13 kader ikhwan dan 3 kader akhwat, yang masing-masing berasal dari jurusan berbeda. Kader ikhwan diantaranya adalah: 3 mahasiswa jurusan pertanian, 1 mahasiswa peternakan, 8 mahasiswa ilmu politik dan 1 mahasiswa jurusan D3 Sastra Inggris. Kader akhwat diantaranya adalah : 1 mahasiswi jurusan ilmu komunikasi, 1 mahasiswi jurusan ilmu politik dan 1 mahasiswi jurusan Bisnis Internasional.

Basic Training/LK I kali ini semua peserta berasal dari satu Universitas negeri yang ada di Purwokerto yaitu Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED). Dengan dipandu oleh Achmad Saptono dan Imam Susrohbiyanto, forum LK I HMI Cabang Purwokerto di kemas dalam format diskusi santai namun interaktif. Ditambah lagi di hari kedua, penguatan materi “Keyakinan Muslim” materi “Kepemimpinan” dan “teknik orasi” dikemas oleh panitia dengan metode Outbond dan game-game menarik di alam bebas. Pasalnya menurut Syahid ketua panita pelaksana LK I HMI MPO Cabang Purwokerto, “LK I kali ini adalah awalan bagi HMI MPO Cabang Purwokerto untuk kembali bangkit berjuang demi kemaslahatan umat, khususnya demi membela proletar-proletar yang semakin terpinggirkan oleh neoliberalisme”. Bambang Wibiono sang sekertaris umum HMI MPO Cabang Purwokerto menambahkan, “dalam waktu dekat kami juga akan kembali mengadakan LK I dan segera mengirimkan kader-kader pasca LK I HMI MPO Cabang Purwokerto untuk mengikuti LK II (Intermediate Training).

Di akhir acara, setelah sesi pelantikan kader baru oleh Korps Pengader Cabang (KPC) kemudian dilanjutkan dengan sesi penutupan acara LK I tepat pada pukul 17.07 WIB. Jaya mahasiswa jurusan Ilmu Politik, salah satu peserta LK I yang sekaligus menjadi pemberi sambutan perwakilan dari peserta, dengan gaya pidato kenegaraannya menyampaikan kesan dan pesannya, “Senang sekali rasanya di LK I HMI ini saya menemukan keluarga baru, saya harap ke depan HMI MPO Cabang Purwokerto mampu menjadi harapan bagi masyarakat Indonesia dan semoga HMI MPO Cabang Purwokerto akan selalu jaya”. (Tino)

Senin, 15 November 2010


Catatan Seorang Mantan Relawan*

LAPMI HMI-MPO PURWOKERTO @ 01.33

Hari pertama Selasa 9 november 2010

Skitar pukul 13.00WIB tiga pria berkantung bolong dan satu wanita ganjen berangkat dari Purwokerto menuju Jogjakarta untuk melaksanakan misi baik, menjadi relawan. Walaupun merka berempat harus membolos kuliah, selama di perjalanan abu-abu vulkanik sudah banyak terlihat mulai dari kota Purworejo hingga Kota Sleman. skitar pukul 18.00 WIB, tiga pria brekantung bolong dan satu wanita ganjen sampai lah di Kota Jogjakarata walau pun harus disambut dengan hujan deras. Skitar pukul 19.00 WIB kami sampai dikostan Mas Aji, salah satu petinggi PB HMI MPO walaupun harus kliling Kota Jogja karna susah mencarinya. Sesampainya di sana, tiga pria berkantung bolong dan satu wanita ganjen disambut dengan sangat baik, mulai dari makan yang enak, diperbolehkan online 24 jam full, dan mendapat tempat tidur yang nyaman, walaupun harus seranjang bertiga. Sedangkan untuk wanita ganjen tidur dikamar sendiri.

Hari kedua Rabu 10 November 2010

Pada pagi hari setelah bangun tidur, wanita ganjen dan salah satu dari pria berkantung bolong langsung memegang laptop yang tesedia untuk menulis status-status yang tidak berbobot. Setelah semua mandi, tiga pria berkantung bolong dan satu wanita ganjen diajak sarapan pagi oleh Mas Aji dan Faza, lagi-lagi mereka mendapat makanan yang enak dan gratis. Setelah sarapan, mereka semua berangkat ke posko untuk melakukan pendataan relawan. Posko yang kami tempati bertempat di Wodomertani Condongcatur Sleman Yogjakarta.

Setelah menunggu sekitar 3 jam, satu dari pria berkantong bolong membantu membawa barang untuk para pengungsi. Wanita ganjen pun ditempatkan ditempat yang berbeda untuk membantu para relawan. Sedangkan 2 pria berkantung bolong yang lain hanya bisa terdiam dan menunggu mendapatkan pekerjaan.

Setelah menunggu sekitar 2 jam dua pria yang berkantung bolong akhirnya mendapatkan pekerjaan juga. Pekerjaan kedua pria itu hanya mendata para pengungsi selebihnya digunakan untuk patroli di lokasi pengungsian serta dapur umum. Selesai dinas, mereka berpatroli lagi ke daerah kali urang untuk memantau situasi di TKP. Jalan Kaliurang, tepatnya 13 km dari puncak merapi ditutup oleh polisi.

Pada malam hari, tiga pria berkantung bolong dan satu wanita ganjen diajak dinner oleh Mas Aji, dan lagi-lagi mereka mendapat makan yang enak dan gratis. Seusai makan, salah satu pria berkantung bolong dan wanita ganjen kembali memegang laptop untuk online dan menulis status-status yang tidak jelas lagi.

Hari ketiga Kamis 11 November 2010

Skitar pukul 05.00, mereka berempat bangun untuk salat subuh. Setelah salat, salah satu dari pria berkantung bolong dan wanita ganjen kembali memegang laptop untuk online dan menulis status-status yang gak jelas. Sedangkan dua pria berkantung bolong yang lain melanjutkan tidur kembali.

Sekitar pukul 07.30 mereka berempat mandi untuk siap-siap melanjutkan pekerjaan mereka. Pukul 09.00 mereka kembali berangkat ke posko melanjutkan tugas dinas sebagai relawan. Sebelum sampai ke posko, mereka berempat sarapan, dan kali ini dengan biaya sendiri. Mereka makan dengan alakadarnya saja, yang terpenting bisa makan untuk mengisi perut yang kosong.

Setelah perut terisi, mereka berempat langsung ke TKP. Kali ini, mereka berempat dibantu oleh mahasiswa dari UIN. Ketiga pria berkantung bolong ditempatkan masing-masing ada yang didapur biasa dan ada yang didapur umum. Sementara itu wanita ganjen ditempatkan di dapur biasa. Pekerjaan salah satu dari pria bekantung bolong membantu ibu-ibu yang sedang membungkus makanan, dua orang yang lain ditempatkan didapur umum untuk membuat kompor kayu bakar dan membuat nasi. Sedangkan pekerjaan si wanita ganjen adalah mengiris sayuran, mengupas bawang, dan mengoreng ubi.

Akhirnya pekerjaan pun selesai. Mereka kumpul dengan ibu-ibu untuk mendengar cerita tentang merapi saat meletus, keadaan rumah merka yang tertutup abu, keadaan hewan peliharan mereka yang tertinggal, keluarga yang mengungsi karena rumah yang tertutup oleh abu vulkanik dan tidak diperbolehkan untuk kembali karna rumah mereka masih dibatas bahaya, cerita tentang tetangga mereka yang tidak mau diungsikan hinga meninggal satu keluarga, suka duka mereka dipengungsian (walau pun pada kenyataannya mereka hanya mendapat duka saja selama bencana itu terjadi). Tugas para relawan kan untuk menghibur para pengungsi, ada yang dengan membuat lelucon dengan badannya yang besar, ada yang main sulap untuk menghibur anak-anak dan ada yang membelikan bakso untuk ibu-ibu yang sudah memasak dari jam 2 pagi sampai jam 12 siang. Semua itu bertujuan untuk meringankan penderitaan mereka dan hanya untuk membuat mereka bisa tertawa kembali walaupun hati dan perasaan mereka berduka.

Sesi bercerita dan menghibur pun usai dan mereka kembali melanjutkan pekerjaan dengan membuat tong besar sebagai penampung air bersih. Setelah semua pekerjaan selesai, semua relawan kembali ke tempat masing-masing. Lagi-lagi salah satu dari pria berkantung bolong dan wanita ganjen kembali memegang laptop dan online kembali.

Pada malam hari kami dipertemukan dengan salah satu petinggi PB HMI MPO sambil bersantap malam dengan menu yang enak dan gratis!. Setelah kenyang, lagi, lagi, dan lagi, salah satu pria berkantung bolong dan wanita ganjen kembali memegang laptop untuk kembali online bahkan salah satu dari pria berkantung bolong rela bergadang.

Hari keempat, Jum'at 12 November 2010

Kondisi di pengungsian terlihat baik-baik saja. Keperluan yang dibutuhkan pun semua tersedia. Jumlah pengungsi yang terdata oleh kecamatan mencapai 7042 orang. Relawan yang ditempatkan di sana berasal dari HMI MPO Cabang Jogja dan mahasiswa KKN dari UIN serta dibantu oleh warga sekitar. Kendala yang ada selama ini di tempat pengungsian adalah masih kurangnya ketersediaan MCK seperti kamar mandi umum.

Kita kembali pada cerita tiga pria berkantong bolong dan satu wanita ganjen. Sekitar pukul 09.00 WIB, ketiga pria berkantong bolong bangun dari tidur panjang. Sedangkan si wanita ganjen sudah terbangun lebih dahulu, bahkan sudah asik berselancar di dunia maya untuk chating dengan kawan-kawannya (mungkin) dan menulis status yang tidak jelas.

Pada pukul 11.00 WIB, rombongan “musafir” berangkat untuk sarapan pagi dengan terlebih dahlu membersihkan diri. Kali ini agak sedikit bergaya memberanikan diri makan di rumah makan padang, walaupun kantong mereka sudah bolong. Setelah menyantap makan pagi tanpa sisa, mereka bergegas untuk membayar apa yang telah mereka makan. Ketika membayar, kening mereka sedikit berkerut dan tersirat raut muka penyesalan. Ternyata harga satu porsi makan cukup mahal.

"gak lagi-lagi deh makan dirumah makan padang soalnya MAHAL. Harga untuk sekali makan dirumah makan padang padahal bisa buat dua kali makan di warteg" ujar salah seorang dari mereka.

Pukul 12.00 siang ketiga pria berkantong bolong berangkat ke masjid untuk menunaikan ibadah solat Jum’at. Si wanita ganjen ditugaskan untuk membersihkan kediaman Mas Aji.

Pada pukul 14.00 WIB ketiga pria berkantong bolong dan si wanita ganjen berangkat ke tempat pengungsian. Sesampainya di sana, mereka langsung disambut dengan banyak pekerjaan karna terlambat. Pekerjaan yang harus dilakukan adalah mengangkut buah-buahan, memberikan makan pada para pengungsi, memarut kelapa, mengupas kulit kacang, mengupas telur dan membantu ibu-ibu masak didapur umum. Walaupun pekerjaan yang dilakukan terdengar dan terlihat lebih mudah dan lebh ringan dari pekerjaan mereka kemarin, ternyata mereka harus merelakan pakaian untuk berkotor-kotor ria. Kedua pria berkantung bolong harus merelakan tangan mereka yang halus mulus karena perawatan, hingga terluka karena terparut. Ternyata pekerjaan mengupas kacang dan telur juga memerlukan konsentrasi yang tinggi agar kacang dan telur tersebut tidak rusak.

Pada saat para relawan berkerja, para pengungsi diberikan kajian pembacaan al-Quran dan doa-doa oleh ustad. Setelah mengikuti pengajian, para pengungsi diberikan perlengkapan yang diperlukan oleh TNI. Baru sekitar pukul 17.00 WIB ketiga pria berkantong bolong dan si wanita ganjen dapat kembali ke habitat. Sesampainya di “habitat”, salah satu dari pria berkantong bolong dan si wanita ganjen lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi memegang laptop untuk online, chating dengan kawan-kawannya (mungkin) dan kembali menulis status di facebook yang tidak jelas kembali.

Pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, dua dari pria berkantong bolong dan si wanita ganjen jalan-jalan ke Malioboro. Sesampainya di Malioboro, niat awal untuk berbelanja ria buat para kekasih tercinta yang ditinggalkan di Purwokerto terpaksa harus diurungkan karena toko-toko disana sudah tutup semua. Padahal kalau tidak ada bencana merapi, Malioboro masih ramai. Akhirnya mereka bertiga hanya jalan-jalan keliling Kota Jogja. Saat melintas jembatan sayidan, terlihat banyak orang berkerumun. Karena penasaran, akhirnya mereka bertiga menghampiri kerumunan itu. Ternyata warga sedang melihat pemandangan berupa aliran lahar dingin yang melewati sungai di bawah jembatan syaidan. Sungai dipenuhi oleh aliran air bercampur material berupa lumpur yang merupakan lahar dingin, serta bebatuan yang bersumber dari gunung merapi. Aliran deras sungai dipenuhi oleh lumpur vulkanik.

Sekitar pukul 23.00 WIB mereka pun kembali ke “kandang”. Sesampainya di tempat Mas Aji, salah satu pria berkatong bolong dan wanita ganjen lagi- lagi (dan gak tau lagi berapa banyak saya harus menulis kata "lagi") memegang laptop dan seperti biasa, online, chating dengan sahabat (mungkin) dan kembali lagi lagi dan lagi menulis status-status di FB yang sangat tidak jelas. Pukul 23.30 WIB kedatangan tamu dari kawan-kawan HMI MPO Cabang Semarang. Mereka bertugas menggantikan relawan HMI MPO Cabang Purwokerto yang harus pulang keesokan harinya.

Demikan cerita untuk hari ini berhubung penulis sudah mengantuk dan besok pagi harus membawa motor untuk pulang ke Purwokerto, harap ditunggu cerita untuk keesokan harinya, karena hari terakhir yang pasti lebih seru, lebih bermanfaat dan lebih kocak.....

HMI KU UNTUK
INDONESIA BARU