Rabu, 24 Maret 2010

Menuju Konferensi Cabang ke-XXXIX (bag. 1)

LAPMI HMI-MPO PURWOKERTO @ 21.50
Krisis Profesionalitas
oleh: Bambang Wibiono*


Perhelatan akbar HMI MPO cabang purwokerto akan segera digelar. Tak terasa satu tahun kepengurusan HMI MPO Cabang Purwokerto hampir berakhir. Di tengah gelombang arus budaya massa yang kian menghantam kaum generasi muda yang cenderung pragmatis, dan keputusasaan, ternyata harapan akan bangkit kembalinya gerakan intelektual muda itu masih ada.

Permasalahan yang saat ini banyak dihadapi oleh kalangan mahasiswa diantaranya adalah persoalan profesionalitas keilmuan dan organisasi. Contoh yang paling mudah untuk memahami kasus ini adalah hampir sebagian besar jebolan "istana" bernama perguruan tinggi merasa gamang menghadapi realitas kehidupan di tengah masyarakat. Dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki belum mampu membuat mereka tak gentar menghadapi persaingan riil di belantara kehidupan luar kampus. Sehingga tak heran ketika lulus dari kuliah, kita merasa gamang dan bingung hendak melangkah ke mana. Akhirnya kebanyakan dari kita yang dahulu sangat idealis, ikut terseret arus pragmatisme negatif. Implikasinya, ilmu yang selama lima tahun atau lebih seakan tak beguna untuk menunjang kehidupannya di kemudian hari.

Basis ideologi yang pernah digeluti dalam organisasi mahasiswa turut memudar. Slogan perlawanan terhadap status quo, pembelaan terhadap kaum lemah, penegakan keadilan, kesejahteraan, dan sebagainya luntur diguyur persoalan kehidupan.

Selama ini, pendidikan di perguruan tinggi belum mampu mencetak kader-kader bangsa yang mumpuni di bidang keilmuannya yang dapat menunjang kehidupannya kelak. Ditambah lagi sistem pendidikan di perguruan tinggi saat ini cenderung tidak memanusiakan manusia. Saat ini perguruan tinggi seolah hanya mampu mencetak manusia-manusia dalam segi kuantitas. Dalam proses pendidikannya, mahasiswa disibukkan dengan rutinitas kuliah dan tugas-tugas tanpa ada waktu untuk mengaktualisasikan potensi dirinya di luar kampus. Mahasiswa cenderung enggan mengikuti organisasi, karena dituntut untuk mampu lulus dengan cepat. Sayangnya banyak pula kasus yang terjadi, bahwa mahasiswa yang lulus dengan predikat cumlaude tidak mampu eksis dan bersaing di dunia kerja. Sehingga terlihat tidak adanya korelasi yang signifikan antara nilai (IPK) terhadap kualitas keilmuan. Kondisi ini diperparah dengan skill yang minim dari mahasiswa itu.

Dalam organisasi, persoalan profesionalitas ini pun terjadi. Ketika seseorang memegang amanah dalam sebuah organisasi, mereka belum mampu bertindak profesional. Kebanyakan mereka belum mengerti tentang perannya dalam sebuah organisasi. Indikasi dari ini adalah persoalan meanajerial organisasi yang masih kacau.

Melihat kondisi seperti ini, artinya telah terjadi krisis profesionalistas keilmuan maupun organisasi. Inilah hasil pembacaan kawan-kawan kader HMI MPO dalam perumusan tema Konferensi Cabang yang nantinya dijadikan landasar kerja kepengurusan selanjutnya......

(bersambung..)

* Penulis adalah Kader HMI MPO Cab. PWT, Ketua Komisariat FISIP UNSOED

No Response to "Menuju Konferensi Cabang ke-XXXIX (bag. 1)"

HMI KU UNTUK
INDONESIA BARU