Rabu, 16 Maret 2011

Cemilan ala Staytuned

LAPMI HMI-MPO PURWOKERTO @ 00.57
Menantang Derasnya Arus Sungai
Oleh : Setiyarji*

“istiqomah untuk tidak melakukan dosa dikala tak mampu melakukannya lebih mudah dibandingkan ketika mampu melakukannya” Ibnu Taimiyah

Suatu ketika saya iseng-iseng membuka situs jejaring sosial facebook yang sedang digandrungi masyarakat muda saat ini, dan rasa penasaran saya tergelitik ketika saya menemukan sebuah forum yang membahas sesuatu yang menurut saya menjadi sesuatu yang sangat biasa pada masa ini tapi tidak pada masa lampau sehingga saya-pun memutuskan untuk mengikuti forum itu lebih dalam.
“pacaran anak pondok, benar dari hati atau sekedar obsesi” begitu buyi tema yang dibuat oleh sang empunya forum. Diantara yang mengikuti forum tersebut ada yang men-justifikasi bahwa mereka yang pacaran adalah para pendosa dan hanya mengikuti obsesi semata terlebih lagi mereka sudah tahu hukumnya, tapi yang lain mengatakan bahwa hal itu adalah wajar karena inilah keadaan dan selama yang mereka lakukan tidak merugikan dan melenceng dari syariah tidak apa apa. Lalu ada lagi yang menambahkan “lha, bukankah pacaran itu sudah melenceng dari syariah?”.
Menurut saya aneh ketika saya menemukan sebuah komunitas atau ormas atau organisasi-organisasi yang melekatkan dengan bangga di dada mereka kata Islam tapi jauh dari nilai Islam. Dan apa yang saya temukan dalam forum tersebut mungkin salah satunya. Saya tidak tahu pasti apakah pacaran anak pondok yang dimaksudkan sang pembuat forum adalah mereka yang masih berada di dalam pondok atau mereka yang sudah alumni. Menurut hemat saya anak pondok baik yang masih belajar atau sudah alumni tetap anak pondok, karena predikat jebolan anak pondok sudah melekat lebih rekat daripada gelar sarjana yang mungkin mereka peroleh.
Pacarannya anak pondok atau mereka-mereka yang telah melekatkan kata Islam di dahi mereka pasti ada sebabnya, dan menurut hemat saya terkontaminasinya mereka dengan budaya barat karena mereka kurang istiqomah untuk melakukan kebenaran. Saya katakan seperti itu karena saya teringat ucapan Ibnu Taimiyah yang saya tulis di awal artikel ini. Banyak orang yang tidak pacaran bahkan sejauh yang saya temukan cendrung mengutuk pacaran karena banyak hal yang membuat mereka tidak bisa melakuakan itu dan ketika semua hal tersebut sudah menjadi sangat kondusif maka merekapun ber-reinkarnasi menjadi manusia baru yang dulu mereka kutuk.
Minggu lalu saya mendapat pesan singkat yang member tahu saya bahwa kawan saya akan menikah. Saya kaget dan salut karena secara umur kawan saya belum memasuki angka 20 lebih. Saya teringat masa-masa ketika saya dan kawan saya masih satu kelas dan dia berkata kepada saya bahwa dia akan menikahi orang yang dia cintai walaupun menurut orang pernikahan tersebut masih dianggap terlalu belia bagi sebagian orang. Kawan saya melakukan seperti itu karena dia memahami dan mencoba untuk melakukan sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi “barang siapa yang sudah mampu untuk menikah maka menikahlah karena itu meneduhkan pandangan dan penahan hawa nafsu ……..” bagi kawan saya apa yang dia lakukan adalah sesuatu yang benar dan saya sangat setuju dengannya.
Banyak orang yang tahu akan kebenaran tapi hanya sedikit yang mau untuk melakukan kebenaran seperti halnya banyak orang yang memikirkan sumber penerangan tanpa minyak atau lemak tapi hanya Thomas Alfa Edisonlah yang berani untuk membuatnya menjadi nyata. Sepanjang yang saya temui banyak pencari pencari kebenaran yang pikirannya sangat kritis dan ilmunya dalam tapi hanya sedikit orang-orang yang bertindak sebagi pelaku kebenaran. Dan yang menjadi pertanyaan adalah manakah yang lebih penting, pencari kebenaran atau pelaku kebenaran.

Bagi saya kebenaran
Biarpun bagaimana sakitnya
Lebih baik daripada kemunafikan
(Soe Hok-Gie)


*Penulis adalah kader HMI Komisariat Pertanian, Cabang Purwokerto

No Response to "Cemilan ala Staytuned"

HMI KU UNTUK
INDONESIA BARU