Senin, 04 Oktober 2010

HMI DAN BABAK PERJUANGAN BARU*

LAPMI HMI-MPO PURWOKERTO @ 06.25

HMI sejak kelahirannya tahun 1947 telah melewati beberapa dinamika zaman. Dari keterlibatannya dalam revolusi kemerdekaan dengan turut dalam pengusiran penjajah, terlibat aktif dalam perumusan identitas kebangsaan, korban konflik kepentingan politik menjelang kejatuhan Soekarno hingga menjadi korban represivitas rezim Orde Baru yang memaksakan asas tunggal Pancasila. Paska runtuhnya rezim otoriter Soeharto, HMI menghadapi zaman yang mengedepankan keterbukaan dan kompetisi, zaman yang menuntut setiap pihak yang bermain dan terlibat intens di dalamnya untuk memiliki karakter yang siap menghadapi tantangannya serta memiliki keunggulan kompetitif yang membuatnya bisa tetap eksis di tengah persaingan dengan pihak lain yang juga berusaha untuk eksis. Zaman ini bukan tanpa masalah, karena di zaman ini sangat kelihatan manusia sedemikian induvidualis-nya hingga hampir-hampir melupakan bahwa dirinya tidak hidup di ruang hampa yang juga perlu mempertimbangkan keberadaan orang lain sebagai faktor yang membantu eksistensinya.

Disamping itu, zaman ini juga ditandai dengan gerak laju masyarakat yang tergerus mainstream liberal. Dengan tentu saja materialisme sebagai kerangka paradigmatik-nya. Dampak yang paling nyata dari itu semua adalah semakin sulitnya memisahkan kebenaran dari kepentingan politik dan ekonomi yang tentu saja sudah berpaham liberal. Kebenaran yang dipaksakan tersebut akan menjadi penopang utama kekuasaan dan penguasaan modal oleh segelintir orang atas nama kebebasan. Hingga hasilnya adalah keadilan dan kemakmuran yang semakin jauh dari jangkauan masyarakat.

HMI tidak pernah takut untuk berkompetisi, tidak pula ragu dalam mendia- lektikakan gagasan. Kader HMI bukan manusia lembek yang akan mudah tergerus dan lekang oleh hingar-bingar pertarungan politik. Bukan pula pribadi pema- las yang akan tersingkir dalam perolehan ekonomi. Tetapi HMI akan menentang keras apabila kompetisi cenderung menghalalkan segala cara dan mengkooptasi dunia politik dan juga ekonomi, karena hanya menjerumuskan masyarakat pada bencana kemanusiaan maha dahsyat yaitu pembunuhan massal atas harapan.

Mengapa sikap ini harus diambil oleh HMI? Hal ini karena realitas tersebut sangat bertolak belakang dengan cita-cita peradaban Islam yang diusung sebagai gagasan normatif HMI, yaitu terwujudnya tatanan masyarakat adil dan makmur yang diridloi Allah SWT. Maka untuk menghadapi tantangan zamannya HMI dituntut tidak hanya diam dan memaklumi keadaan yang sedang terjadi atas nama realitas, lebih dari itu, HMI harus memutuskan bahwa sekarang adalah babak perjuangan baru. Untuk itu HMI harus merumuskan bentuk-bentuk perlawanan guna membalik keadaan menjadi berjalan sesuai gagasan normatif HMI.

Dalam konteks ini, ada dua tugas HMI yaitu, pertama, HMI harus mampu merumuskan paradigma gerak. Bangunan paradigmatik ini memuat dengan sangat jelas masyarakat apa yang dicita-citakan HMI. Bangunan paradigmatic tersebutlah yang akan memandu HMI dalam pencapaian cita-citanya. Bangunan ini di dalamnya terumuskan penjelasan tentang pandangan dunia (world view). HMI dan pedoman nilai sebagai guidance atau koridor gerak HMI.

Kedua, HMI butuh akan metodologi gerakan. Gerakan perjuangan ini harus menggunakan cara-cara yang tersistematisasikan agar lebih efektif tanpa harus kehilangan identitas HMI sebagai organisasi kader yang berbasis intelektual. Diperlukan kebijakan yang dapat mensinergikan semua potensi kader, memberi ruang berekspresi seluas-luasnya dengan tentu saja paradigma gerakan yang telah selesai sebagai code of conduct. Sehingga dari metodologi akan muncul sebuah kultur gerakan.

Perjalanan sejarah HMI sejak berdirinya dapat menjadi modal awal untuk memasuki babak baru perjuangannya. Keterlibatannya dalam revolusi kemerdekaan, peran-perannya dalam perumusan identitas kebangsaan, serta keteguhannya menghadapi represivitas politik dari rezim Orde Lama Soekarno maupun rezim Orde Baru Soeharto bisa ditransformasikan menjadi energi besar untuk melawan arus liberalisme.

Buku yang ada di hadapan rekan-rekan sekalian adalah tulisan yang didedikasikan seorang alumni HMI yang senantiasa tanpa lelah mendampingi perjalanan rekan-rekan aktivis HMI baik sebagai mentor maupun sebagai rival diskusi. Buku ini tidak ditulis atas pretensi romantis tetapi mengajak kita semua untuk berpikir paradigmatik, metodologis, dan apresiatif atas “kegelisahan” kader perorangan maupun HMI secara institusional. Lebih jauh buku ini dapat dijadikan pegangan untuk memberikan jawaban atas berbagai permasalahan yang dihadapi HMI terkait dengan babak perjuangan baru yang dihadapinya.


* Tulisan ini diambil dari kata pengantar dalam buku "HMI (MPO) dalam Transisi" karya Awalil Rizky

No Response to "HMI DAN BABAK PERJUANGAN BARU*"

HMI KU UNTUK
INDONESIA BARU